“Jika Aku Bisa Hidup Kembali, Aku Tetap Ingin Jadi Anjingmu”

 🐾 “Jika Aku Bisa Hidup Kembali, Aku Tetap Ingin Jadi Anjingmu”



---

🐶 Pendahuluan: Surat dari Surga Anjing

Hai, ini aku.
Mungkin kamu mengenalku sebagai Bobo, atau Lucky, atau Brownie.

Aku sudah tiada.
Tubuhku tertidur dalam tanah belakang rumah.
Tapi hari ini, izinkan aku menulis satu surat terakhir—dari tempat tenang di mana semua anjing baik pergi.


---

BAB 1: Terima Kasih Sudah Menjadikan Hidupku Berarti

Saat kamu pertama kali memelukku…
Aku hanyalah bola bulu kecil yang takut, lapar, dan bingung.
Tapi kamu sabar.
Kamu ajari aku arti rumah.

Hari demi hari, kamu buat aku percaya pada dunia.

Dan kini, meski tubuhku telah pergi,
kenangan itu tetap hidup.


---

BAB 2: Ingat Saat Kamu Menyanyi Waktu Mandiin Aku?

Aku selalu takut air. Tapi kamu lucu sekali.
Kamu nyanyi lagu aneh, suara fals. Tapi aku suka.

Itu bukan tentang lagunya.
Itu tentang… kamu ingin aku nyaman.
Kamu ingin aku tahu:

> "Mandi itu bukan hukuman. Tapi bentuk cinta."




---

BAB 3: Aku Masih Ingat Harinya Kamu Marah Besar

Aku robek sofa.
Kamu berteriak.
Aku takut. Tapi setelah itu kamu menangis, dan bilang:

> “Maaf ya… aku juga capek hari ini.”



Saat itulah aku sadar:
Manusia juga bisa rapuh.
Tapi kamu tidak sembunyikan itu. Kamu ajarkan aku: maaf dan kasih sayang bisa datang bersamaan.


---

BAB 4: Kadang Kamu Terlalu Sibuk, Tapi Aku Mengerti

Ada hari kamu lupa isi makananku.
Ada hari kamu pulang larut.
Ada hari kamu tidak sempat ajak aku jalan-jalan.

Tapi aku tidak pernah marah.
Karena setiap kali kamu lihat aku dan berkata “Maaf ya…”
Aku tahu kamu tulus.

Aku tahu kamu mencintaiku. Dan itu cukup.


---

BAB 5: Aku Menemani Saat Kamu Jatuh dan Bangkit

Ingat saat kamu:

Gagal di pekerjaan

Putus cinta

Dikhianati teman


Aku hanya duduk di dekatmu. Tak berkata apapun.
Karena cinta tak selalu harus punya kata.
Kadang… kehadiran adalah bahasa terindah.


---

BAB 6: Hari Terakhirku Tak Mudah… Tapi Kamu Hadir

Tubuhku lemah.
Nafasku pendek.
Mata kabur.

Tapi kamu peluk aku.
Kamu bisik, “Terima kasih ya sudah nemenin aku.”

Dan aku, meski tak bisa bicara,
ingin balas: “Aku lebih berterima kasih. Karena kamu yang buat hidupku layak dijalani.”


---

BAB 7: Jangan Terlalu Lama Bersedih, Aku Baik-Baik Saja

Di tempatku sekarang:

Tidak ada penyakit

Tidak ada ketakutan

Tidak ada hujan dingin


Aku bebas berlari.
Bertemu teman baru.
Tapi aku selalu melihat ke bawah, ke dunia… mencari kamu.

Dan saat kamu senyum, aku ikut senyum.


---

BAB 8: Jika Kamu Ingin Mengadopsi Lagi, Jangan Takut

Aku tidak akan cemburu.
Cinta bukan seperti itu.
Aku ingin kamu bahagia.
Jika ada makhluk lain yang bisa menemani kamu saat kesepian, terimalah ia.

Tapi satu hal yang tak akan berubah:

> “Tak akan ada yang bisa menggantikan tempatku. Dan itu tidak apa-apa.”




---

BAB 9: Aku Menulis Ini Bukan Untuk Menghantui, Tapi Membebaskan

Kadang kamu menangis saat lihat foto lamaku.
Kadang kamu merasa bersalah:

“Harusnya aku lebih sering peluk dia”

“Harusnya aku bawa dia ke dokter lebih cepat”


Tapi tolong… maafkan dirimu.
Kamu sudah jadi dunia terbaik bagiku.
Dan aku tidak ingin kamu hidup dengan penyesalan.


---

BAB 10: Jika Aku Bisa Kembali Hidup…

Aku tidak mau lahir sebagai singa, elang, atau manusia.
Aku ingin tetap jadi anjingmu.

Aku ingin kembali ke rumah itu.
Tidur di bawah meja makan.
Bermain di halaman sore hari.
Dan mati dalam pelukan yang sama.

Karena hidup bersamamu…
sudah lebih dari cukup.


---

🐾 Epilog: Aku Ada di Setiap Kenangan

Kamu tak bisa melihatku. Tapi aku hadir:

Di kursi kosong yang dulu jadi favoritku

Di suara pintu yang kamu buka pelan

Di peluk tanpa suara saat kamu sedih


Dan suatu hari, jika Tuhan izinkan,
kita akan bertemu lagi.

Kamu akan memanggil namaku,
dan aku akan lari, seperti dulu.


---

Comments

Popular posts from this blog

"Aku Tidak Minta Dilahirkan Mewah, Hanya Dimengerti": Kisah Seekor Anjing Pinggiran Kota

Mengapa Manusia Butuh Terapi Lebih dari Anjing?

Anjing Juga Punya Pikiran: Refleksi atas Dunia yang Sibuk Tapi Tak Pernah Hadir