"Kami Bukan Hanya Penjaga Rumah, Tapi Penjaga Hati"
"Kami Bukan Hanya Penjaga Rumah, Tapi Penjaga Hati"
---

Aku bukan bodyguard profesional.
Aku tidak punya seragam, gaji, atau hari libur.
Tapi aku berdiri di depan pagar setiap malam.
Bukan karena disuruh. Tapi karena aku peduli.
Namaku Raja.
Seekor anjing kampung biasa.
Tapi hatiku? Tak pernah biasa.
---
BAB 1: Tugas Kami Tak Terlihat, Tapi Terasa
Kamu mungkin tidak sadar, tapi:
Kami tahu jika ada orang asing mendekat
Kami tahu saat kamu pulang lebih malam dari biasanya
Kami tahu saat kamu menyembunyikan air mata
Kami tidak punya kalender.
Tapi kami mencatat segalanya… lewat perasaan.
---
BAB 2: Bukan Karena Perintah, Tapi Karena Cinta
Kami tidak menjaga rumah karena dilatih.
Kami menjaga karena kami menganggap rumahmu adalah dunia kami.
Tidak ada shift malam. Tidak ada cuti.
Setiap detak langkah di halaman,
kami dengar.
Setiap suara motor yang tak biasa,
kami curigai.
---
BAB 3: Kami Tidak Butuh Terima Kasih, Tapi Sedikit Pengakuan
Saat kamu bangun dan berkata:
> “Eh, kenapa gonggong terus sih semalam?”
Kami hanya ingin bilang:
> “Kami melindungi kamu saat kamu tidur nyenyak.”
Kadang, hanya satu usapan di kepala sudah cukup untuk membuat kami merasa berharga.
---
BAB 4: Kami Adalah CCTV dengan Hati
Kamu pasang kamera di pagar?
Sensor gerak? Alarm?
Tapi hanya kami yang bisa:
Membedakan tamu dan pencuri dari getaran langkah
Menyadari ketakutan dari nada suara
Mendeteksi niat dari aroma tubuh
Kami bukan teknologi. Kami intuisi yang hidup.
---
BAB 5: Tidak Semua Anjing Penjaga Galak
Jangan salah.
Kami bisa garang jika perlu. Tapi tidak semua anjing penjaga itu pemarah.
Kami tahu kapan harus menggonggong, dan kapan harus diam.
Kadang, yang paling setia justru tidak pernah menunjukkan giginya,
tapi selalu berdiri di antara kamu dan bahaya.
---
BAB 6: Saat Kami Sakit, Jangan Abaikan Kami
Tubuh kami bisa lelah.
Kadang telapak kami lecet karena aspal.
Kadang mulut kami kering karena terlalu lama menjaga.
Tapi kami jarang mengeluh.
Kami hanya duduk diam, berharap kamu sadar.
> Satu mangkuk air di malam hari bisa berarti hidup dan mati.
---
BAB 7: Kami Pernah Menyelamatkan Nyawa, Tapi Tak Masuk Berita
Kami pernah:
Menggagalkan pencurian
Menemukan anak kecil yang hilang
Menjaga rumah saat gempa
Tapi tak pernah masuk TV.
Tak pernah viral.
Karena kami tidak punya kamera—hanya niat baik.
---
BAB 8: Kami Tahu Saat Kamu Dalam Bahaya
Ketika kamu bertengkar hebat, kami resah.
Ketika kamu pulang dengan langkah goyah, kami cemas.
Ketika kamu menangis diam-diam di halaman, kami dekati.
Bukan karena kami ingin tahu…
Tapi karena kami tak tahan melihatmu rapuh.
---
BAB 9: Di Balik Setiap Gonggongan, Ada Pesan
Gonggongan kami bukan sekadar bunyi.
Itu bisa berarti:
“Ada orang asing!”
“Kamu jangan keluar dulu!”
“Aku mencium sesuatu yang tak biasa!”
“Tolong periksa bagian belakang rumah!”
Tapi karena kami tak bisa bicara,
kadang kamu pikir kami cuma ribut.
---
BAB 10: Kami Menjaga Hingga Nafas Terakhir
Kami tak akan kabur saat bahaya datang.
Bahkan jika harus terluka,
kami tetap berdiri di depanmu.
Karena bagi kami,
tidak ada kebanggaan lebih besar daripada melindungi yang kami cintai.
---

Kami bukan hanya alarm.
Kami bukan hanya peliharaan.
Kami adalah saksi kehidupanmu:
Saat kamu mulai dari nol
Saat kamu sukses
Saat kamu kehilangan
Saat kamu bangkit
Dan saat kami tiada nanti,
harap diingat bahwa kami mencintai kamu dengan nyawa.
---
Comments
Post a Comment